Kalau kamu pengin hidup kamu maju, ya ini adalah lima hal yang menurut saya kamu harus ingat ya. Yang pertama itu adalah mengambil resiko. Kalau kamu enggak pernah ngambil resiko di dalam hidup kamu, maka hidup kamu akan gitu-gitu aja selamanya. 10 tahun dari sekarang, 20 tahun dari sekarang, atau mungkin pada saat kamu menyentuh umur 70, hidup kamu mungkin akan sama seperti sekarang. Kalau misalnya kamu enggak percaya, coba kamu renungin di tahun 2020 ya, pada saat COVID terjadi itu 5 tahun yang lalu ya, waktu sangat cepat
berlalu. Hidup kamu kayak gimana? Coba kamu refleksikan dari sisi keuangan, dari sisi karir, ataupun kalau kamu punya bisnis, refleksikan dalam 5 tahun ini apa aja yang terjadi dan ada perubahan enggak? Kalau misalnya ada perubahan, bagus naik level. Tapi kalau sama sekali enggak ada yang berubah, nah ini kamu perlu was-was, kamu perlu lebih serius lagi. Karena kemungkinan besar 10 tahun lagi, 20 tahun lagi kamu akan hidup seperti 5 tahun yang lalu dalam 5 tahun ini. Karena manusia adalah makhluk
kebiasaan. Apa yang sudah dilakukan akan dilakukan lagi berulang-ulang sampai manusia tersebut memutuskan untuk berubah ya, merubah kebiasaannya, mengubah hidupnya. Jadi kalau misalnya kamu di sini ada yang hidupnya masih sama dengan tahun 2020, maka kamu harus mulai mempertimbangkan untuk mengambil resiko. Nah, mengambil resiko dalam konteks apa? Ya, tergantung situasi kamu. Kalau kamu sekarang adalah seorang karyawan, misalnya bekerja sebagai seorang customer service, ya berarti mengambil resikonya dalam konteks naik
level. Dari tadinya misalnya junior customer service jadi senior customer service. Berarti kalau di luar ada lowongan pekerjaan yang terbuka untuk senior customer service, coba dorong diri untuk pindah ya. Jangan bilang, “Oh, enak, udah nyaman, teman-temannya udah enak.” Enggak bakal maju kalau kayak gitu mindsetnya. Harus dorong diri keluar dari zona nyaman supaya naik level terus. Begitu pula kalau ditawarin jabatan ya. Jangan seperti orang yang waktu itu cerita ke saya. Dia pernah bilang dia sudah kerja 2 tahun sebagai
junior. Tiba-tiba manajernya dia pindah ke perusahaan lain, enggak ada pengganti. Terus bosnya bilang, “Ya udah, lu kan junior, lu coba ngisi deh, lu jadi manajer. Mau enggak?” Dia enggak mau. Sayang banget peluang yang seperti itu datangnya itu enggak berkali-kali dalam hidup. Mungkin dua kali, tiga kali. Sering kali itu kita harus proaktif, kita yang jemput bola. Apalagi dalam konteks karir, ya. kita yang harus cari karirnya, cari posisi yang lebih senior buat kita dapetin. Tapi kalau ditawarin ya dorong diri. Mindsetnya itu
harus kita enggak siap juga kita ambil. Kita nanti tinggal hajar aja. Misalnya 1 minggu nih transisi, 1 minggu itu kita pelajarin gimana caranya supaya kita punya ilmunya ya supaya bisa menjalankan pekerjaan di level yang lebih tinggi itu lebih baik. Ini dalam konteks karir, dalam konteks bisnis juga sama. Kalau misalnya kamu pengin mulai bisnis, ya udah berarti kamu harus dorong diri untuk belajar bisnis dulu ya. Belajar dari pengalaman orang lain, belajar dari online di YouTube, dengerin podcast
pebisnis ataupun misalnya belajar di Growing juga boleh yang lebih terstruktur. Terus ketemu dengan orang yang pernah punya bisnis, tanyain dia ya, terus mulai gali idenya mau seperti apa. Kalau misalnya sekarang posisinya berkarir ya pulang rumah misalnya jam 0. Ya udah berarti malam kerjain. Sama seperti saya dulu. Saya juga gitu pada saat pertama kali bisnis. Saya bisnis itu pertama kali pada saat saya bekerja di bank. Saya kerjainnya itu part-time. Saya pulang dari bank itu jam 08 jam 09.00. Setelah itu saya kerjain sampai
malam. Saya buka escape room di Gading Serpong. Saya jabanin pergi sampai sana. Weekend waktu saya ya untuk bisnis. Jadi kalau emang mau ya kerjain, ambil resikonya. Jangan takut ya. Jangan bilang nanti deh mau bisnis nanti aja umur 30 baru bisnis. Enggak bakal bisnis. Nanti pada saat umur 30 udah nikah, punya anak, ada tanggungan, enggak bakal berani. Apalagi pertama kali ya. Kalau udah pernah bisnis, pernah gagal, tahu rasanya. Kalau belum pernah tahu rasanya, nah itu gawat. Karena kita memulai bisnis itu enggak
mungkin langsung berhasil. Jarang sekali. Yang seperti Mark Sugerberg bikin Facebook atau Jeff Bezos bikin Amazon itu jarang sekali. Rata-rata pasti ada gagalnya. Coba aja tanya ke sekeliling kamu, teman-teman kamu, orang tua kamu, saudara kamu yang punya bisnis, tanya pertama kali dia mulai bisnis gimana? pasti ada cerita gagalnya. Makanya mulainya dari mudah dorong diri ya harus ambil resiko gitu karena kalau nunggu terus lama-lama nanti enggak dikerjain dan itu dalam konteks bisnis. Nah, ada juga dalam
konteks misalnya mencari pendapatan tambahan. Misalnya sekarang kamu bekerja sebagai karyawan, pengin dapat pendapatan tambahan. Misalnya mau jadi content kreator yang fokusnya di videografi, ya udah belajar gimana ya cara bikin konten. Apa ya yang bisa gua sharing? Angle-nya apa ya? Apakah misalnya angle pemandangan? Apakah misalnya gua ngajarin tentang videografi, dorong diri pakai waktu untuk lakukan itu. Jangan nunda-nunda, ambil resiko. Jangan malas ya. Keluar dari zona nyaman. Ingat ya, kalau kamu
enggak ngambil resiko, hidup kamu akan gitu-gitu aja. Kamu harus ingat ini terus. Ini adalah pedoman yang saya selalu ingat di dalam kepala saya. Kalau misalnya enggak ngambil resiko, hidup saya enggak akan berubah. Kalau enggak ngambil resiko, bisnis saya juga enggak akan berubah. ya bisnis kalau mau jadi gede itu juga harus ngambil resiko. Orang yang sampai di titik bisnisnya besar selain hoki itu ada resiko yang diambil gitu. Jadi kamu harus terbiasa dengan mengambil risiko supaya hidup kamu bisa berubah. Kemudian selanjutnya
yang penting itu juga adalah dari sisi eksekusi ilmu. Ilmu itu penting ya seperti yang saya selalu tekankan ya. Kalau misalnya kita balik ke 10 tahun yang lalu dengan isi kepala yang sekarang dengan ilmu yang kita sudah pelajarin 10 tahun terakhir apapun itu ilmunya dikit ataupun banyak pasti kita mengambil keputusan dengan berbeda dibanding 10 tahun yang lalu. Saya yakin. Coba kamu bayangin tahun 2015 isi kepalanya yang sekarang nih yang kamu punya ilmunya yang sekarang pasti kamu ngambil keputusannya banyak yang
sangat-sangat berbeda gitu. Nah, terlepas dari pentingnya ilmu ini, yang lebih penting adalah eksekusinya. Jadi, selain buas menambah ilmu ya, baca buku, dengerin podcast YouTube, ikut workshop atau mungkin belajar di Growing, kamu harus ingat bahwa ilmu itu harus dieksekusi. Jadi kalau misalnya memang ada momen di mana kamu bisa eksekusi, eksekusilah. Misalnya bisnis, kamu jalanin bisnis, belajar nih Google Ads, udah tahu caranya untuk pakai Google Ads gimana. Oh, ternyata kalau orang Google itu tuh bisa muncul tuh tulisan sponsor
00:06:21 tuh. Kita pakai Google Ads nih supaya orang kalau nge-search tentang sesuatu itu bisa kelihatan kita, bisa klik kita. Ya, praktikkan di bisnisnya kamu, gitu. Jadi, jangan cuman belajar doang. Kalau enggak dieksekusi ilmu itu enggak ada gunanya. Jadi, ilmu itu berguna sampai di titik dia itu dieksekusi. Ingat ini ya. Dan untuk membantu mengingat salah satu caranya adalah dicatat. Kalau saya selalu saya catat kayak misalnya baca buku nih. Buku itu setiap kali saya baca di paling belakangnya saya tulis
00:06:49 intisarinya yang mau saya ingat. argumentasinya apa, inti sarinya A, B, C. Ini yang mau saya ingat. Jadi nanti kalau suatu saat saya ingin mempraktikkan ilmunya, saya lihat bukunya, saya lihat inti sarinya. Kalau kurang jelas saya akan baca lagi bukunya baru saya praktikin, gitu. Ini satu kebiasaan yang kamu harus bangun supaya kamu bisa mengeksekusi ilmu yang didapat. Kalau enggak ya sama aja diri kamu yang lama ilmunya tuh cuman di otak doang. Numpang ngisi otak doang. Ya, enggak ada gunanya di dalam otak.
00:07:17 ilmunya banyak tapi sama sekali enggak dipraktikin, enggak dieksekusi. Dan satu hal yang menurut saya juga penting ada dalam proses kita mau maju dalam hidup mengambil resiko itu adalah coba terus. Nah, ini mindset yang sangat sangat sangat penting. Jadi, kalau melakukan sesuatu jangan cuman coba sekali. Ingat ya, jangan cuman coba sekali. Kalau misalnya berkarir berarti misalnya apply kerja untuk posisi yang lebih senior. Jangan cobaancoba sekali. Kalau misalnya ditolak jangan bilang, “Ah, gua kayaknya
00:07:44 enggak pantes untuk posisi itu. Jangan dulu deh, nunggu 3 tahun. Jangan ya coba bisnis baru sekali gagal. Ah, gua kayaknya enggak jago bisnis. Jangan kayak gitu. Justru kamu harus mindsetnya adalah coba terus sampai berhasil. Analoginya seperti ini. Misalnya kamu harus jaga seorang bayi. Bayinya ini umur 2 tahun dia belum bisa jalan dan kamu disuruh latih bayinya sampai bisa jalan. Kalau bayinya setahun kamu latih enggak bisa jalan, kamu akan lepas bayinya enggak? Akan bilang kalau oh ya udah bayinya enggak bisa jalan. Berarti
dia enggak bisa jalan selamanya. Apa kamu akan coba untuk dorong dia supaya bisa jalan? cari di YouTube caranya gimana. Pasti kamu akan coba dorong kan karena merasa loh semua bayi di dunia ini bisa jalan kok gitu. Jadi mindsetnya harus seperti itu. Ketika kita mengejar yang kita mau harus seperti itu. Kalau gagal kenapa nih gagal? Salahnya di mana nih? Apa yang harus gua koreksi? Kok orang lain ada yang bisa ya? Gitu. Kita kejar sampai kita dapat itu baru bisa sukses. Orang-orang yang sampai di
ujung, di atas, di puncak itu orang-orang yang seperti itu. Dia coba terus. Mungkin dia enggak terlalu pintar, tapi dia enggak pernah berhenti. Dia sekali coba, dia coba terus sampai dia dapat. Dia revisi terus, dia pelajari kesalahannya. Ya, mempelajari kesalahan juga penting ya. Ada orang yang dia coba terus tanpa mempelajari kesalahan itu juga salah ya. Kalau nyoba terus tanpa direvisi ya enggak bakal benar juga gitu ya. Jadi harus coba terus. Dan yang terakhir yang paling penting itu adalah fokus. Ingat ya,
waktu kita ini terbatas cuma 24 jam. Waktu kamu, waktu saya juga sama 24 jam. 8 jam udah kepakai buat tidur. Terus ada makan, ada mandi, ada jalan ke kantor ya, terus ada lagi ketemu teman. Waktu sisanya itu enggak banyak. Jadi kalau mau tajam itu satu aja pilihnya satu atau dua maksimal. Kalau ini sat du udah benar-benar mentok sampai di level kita nyaman ya baru boleh eksplorasi yang lain. Tapi kalau enggak udah tajamin satu aja dulu gitu. Apalagi kalau masih dari awal-awal nih ya baru mencoba untuk
maju dalam hidup satu aja. Misalnya kalian bilang mau jadi contonent kreator ya udah content kreator enggak usah cobain yang lain dulu. Satu dulu sampai tajam, sampai pelajari semuanya sampai dalam. Jadi yang terbaik top tiga di bidangnya. Mau jadi afiliator ya jadi afiliator sampai terbaik. Mau bisnis misalnya bisnis makanan ya bisnis makanan. Jangan lihat orang bisnis software cobain bisnis software. Lihat orang bisnis pabrik plastik cobain bisnis pabrik plastik. Kecuali emang benar-benar ya bisnis yang kamu jalanin
ini udah boh kecuali emang benar-benar ya bisnis yang kamu jalanin ini udah mentok gitu. Udah dicoba segala cara. Ini kayaknya emang enggak bisa nih. Marketnya kekecilan nih. Sayangannya ini terlalu berdarah-darah nih laut merah. Karena kita coba nih pivot bisnis lain enggak apa-apa. Tapi ingat sekali coba fokus satu dulu sampai tajam. Jangan coba terlalu banyak karena waktu enggak banyak ya. Waktu, energi dan uang terutama yang kita mau arahkan ke satu hal yang kita mau tajamkan itu terbatas. Jadi harus biasa untuk fokus dan jangan selalu dengarin omongan orang. Harus bisa untuk keras ya. Apalagi orang-orang yang enggak ada spine ya. Ini sesuatu yang saya selalu tekankan ya. Orang-orang yang enggak ada tulang, yang selalu enggak punya opini pribadi itu cenderung untuk ikut omongan orang lain. Saya dulu juga gitu. Jadi kalau misalnya ada orang bilang A saya ikutin, orang bilang B saya ikutin. Jadi enggak ada pendapat sendiri. Tapi sekarang saya sudah melatih diri saya untuk tidak seperti itu. Jadi kalau kamu sekarang adalah orang yang seperti itu, ya kamu
harus berubah gitu ya. Jangan sampai ngikut omongan orang. Harus punya pendirian. Walaupun memang omongan orang itu ya kita terima untuk sebagai inputnya kita. Tapi jangan 100% semuanya dipakai gitu ya. pelajar dulu benar enggak nih yang dia ngomongin benar enggak? Belum tentu benar ya. Apalagi kalau sumbernya salah. Nah, banyak orang yang tendensinya itu adalah mendengarkan orang sekeliling. Dianggap karena orangnya dekat dia pasti benar. Orang tua, teman dekat, saudara, mereka belum tentu orang yang punya kualifikasi untuk kasih kamu jawaban untuk mencapai goal-nya kamu. Kalau kamu pengin punya bisnis dan orang tua kamu enggak pernah jalanin bisnis, belum tentu dia tepat. Mungkin ada sarannya dia 10% tepat, tapi kebanyakan pasti kurang tepat. Yang paling tepat adalah nanya dari orang yang sudah punya bisnis. Apalagi kalau bisnisnya gede. Apalagi kalau sudah pernah jatuh bangun beberapa kali bisnis. Pasti dia punya insight yang jauh lebih tajam. Kalau misalnya kalian ingin pindah karir sebagai IT, ya tanya orang yang pernah pindah karir. Jangan tanya orang yang enggak pernah pindah karir apalagi bukan orang IT. Jadi belajarlah untuk tidak mendengarkan noise dan cari opini dari orang yang tepat untuk kita maju. Ini penting banget ya. Karena kalau kita enggak benar-benar pikirin go with the flow aja, kadang ya kita salah gitu. Jadi itu kurang lebih ya saran dari saya. kalian catat dan eksekusi. Saya yakin hidup kalian akan berubah kalau kalian mengingat apa yang saya sampaikan di video ini.